Friday, January 22, 2016

Sungguh Memilukan! Inilah Yang Dialami oleh Bayi-Bayi Gajah Yang Dinaiki oleh Para Wisatawan

Ribuan wisatawan menikmati wahana wisata naik gajah saat melakukan perjalanan wisata di Asia. Tetapi, banyak yang sama sekali tidak mengetahui cara yang digunakan untuk menjinakkan gajah-gajah liar hingga gajah-gajah tersebut bersedia dinaiki oleh manusia. Cara itu disebut penghancuran.

Peringatan: sejumlah pembaca mungkin akan merasa terganggu oleh gambar-gambar di bawah ini


Phajaan atau “Penghancuran” adalah teknik penyiksaan tradisional yang diterapkan terhadap gajah-gajah muda untuk mematahkan semangat mereka dan membuat mereka menjadi patuh.

“Mereka dikandangkan, tidak diberi makan, dipukuli, ditikam, disayat dan tidak dibiarkan tidur selama berhari-hari sampai mereka menjadi patuh melalui siksaan tersebut. Banyak di antara mereka, khususnya yang melawan dengan lebih kuat, akhirnya mati karena mengalami shock dan kekurangan air, mengalami tekanan luar biasa dan menderita luka parah, sebab siksaan tersebut tidak akan dihentikan hingga gajah-gajah itu dinilai sudah ‘hancur’atau patuh sepenuhnya,” tulis Fighters Against Animal Cruelty di Facebook.

“Bayi-bayi gajah diambil dari induk mereka pada usia yang sangat belia, biasanya tiga sampai enam tahun, tetapi seringkali lebih muda lagi. Setelah seekor gajah muda berada di tangan pawang, tujuan dari program Phajaan itu adalah untuk mematahkan semangatnya,” organisasi non-profit itu melanjutkan. “Bayi-bayi gajah ditempatkan di dalam peti-peti kayu kecil yang serupa dengan yang digunakan dalam industri peternakan babi. Kaki mereka diikat, tangan mereka direntangkan, berulang kali mereka dipukuli dengan logam yang tajam dan alat-alat lainnya, mereka terus-menerus diteriaki dan tidak diberi makan. Tongkat berkait pemukul gajah (alat yang digunakan dalam kebanyakan penjinakan gajah) digunakan untuk menikam kepala mereka, menyayat kulit dan menarik telinga.”

“Kaki dan tangan gajah direntangkan dengan ditarik oleh tali, dan kemudian perlahan-lahan tali itu diganti dengan rantai yang sangat ketat mencengkeram. Phajaan ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu dan gajah-gajah tidak diberi waktu istirahat dari siksaan fisik dan dominasi mental. Perlahan-lahan semangat mereka hancur dan pawang pun bisa mengendalikan mereka.”

Video yang diposting oleh aktivis penyelamatan gajah Edwin Wiek dari Wildlife Friends Foundation Thailand memperlihatkan apa yang harus dialami oleh bayi gajah selama program Phajaan tersebut. Mohon diperhatikan, Anda bisa sangat terganggu menyaksikan video tersebut.

Fighters Against Animal Cruelty ingin agar orang-orang mengetahui kekejaman tersembunyi yang harus dialami oleh gajah-gajah sebelum mereka mendukung industri wisata itu dengan uang mereka.

Perlu dicatat bahwa kamp-kamp gajah wisata sangat bervariasi. Ada kamp-kamp yang “mirip-pabrik” di mana gajah diperlakukan dengan sangat buruk, hingga kamp-kamp di mana pawang-pawang memperlakukan gajah-gajah mereka dengan penuh perhatian dan belas kasih.

Tetapi, karena sulitnya menentukan kamp yang mana yang memperlakukan dengan buruk dan yang mana yang memperlakukan dengan baik, sangat diperlukan kesadaran dan pendidikan di kedua sisi industri wisata. Jika seorang pelancong memberi perhatian terhadap cara bagaimana gajah diperlakukan, maka mereka bisa melakukan sedikit penelitian terlebih dahulu dan meluangkan waktu untuk mengamati gajah yang digunakan.

“Kali berikutnya Anda melihat gajah Asia digunakan dalam trekking, wahana naik gajah, film, sirkus atau bentuk-bentuk hiburan lainnya, perhatikanlah keadaan telinganya. Gajah-gajah yang merupakan bekas tahanan seringkali telinganya nampak robek atau tersayat karena jaringan ototnya telah ditarik dalam proses pelatihannya. Biasanya juga ada bekas luka di dahi mereka akibat goresan yang dalam, akibat pemukulan,” kata Fighters Against Animal Cruelty.

Ada beberapa kelompok penyelamatan satwa liar yang bekerja untuk membantu gajah-gajah tersebut dan berusaha mengubah hubungan antara pawang dengan gajah-gajah mereka, dari hubungan antara tuan dan budak menjadi jenis-jenis hubungan yang lebih manusiawi dengan hasil-hasil yang terbukti secara ilmiah.

Save The Asian Elephants meningkatkan kesadaran tentang ratapan gajah-gajah di Asia Tenggara dan India, dan bekerja bersama pemerintah dan para politisi untuk menerapkan kebijakan-kebijakan dan hukum-hukum yang lebih tegas untuk membantu melindungi para binatang. Dan, Save Elephant Foundation melakukan karya yang luar biasa dengan menyelamatkan gajah-gajah pekerja, muda maupun tua. Banyak di antara gajah-gajah yang mereka selamatkan hidup dengan damai di Elephant Nature Park.

Mohon membantu untuk meningkatkan kesadaran tentang sisi tersembunyi dari gajah-gajah yang digunakan dalam industri wisata.

No comments:

Post a Comment

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar.”